0 komentar

Pertaubatanku Untuk Cinta

Sungguh lelah berjalan dalam kehidupan yang begitu buram ujung cerita akhir yang seperti diharapkan itu. Iya jelas semua orang ingin berakhir khusnul khotimah. Sementara kamu tahu, sudah berapa kali aku bertaubat namun masih saja mengulang lagi dan lagi. Apa kamu kira aku ini menginginkan itu. Ah, pasti kamu bilang jelas aku menginginkan itu karena aku mengulangi lagi. Entahlah, sejak itu aku merasa aku ini anak nakal yang sulit menjaga komitmen.

Dan kamu tahu, hari ini aku mengulangi kesalahan itu lagi. Di hari Senin ini, (24/2/14), aku berjanji pada diriku sendiri untuk bangkit dari rasa malas dan segala perbuatan yang melenakan dapat membawa kepada kemaksiatan dan gelimangan dosa. Tidak! Aku tidak mau lagi jatuh dalam lumpur dosa. Lumpur kemalasan yang membuat masa depan suram dan hidup berakhir dengan su'ul khotimah.

Aku harus mulai memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya. Aku tidak mau lagi menyiakan kesempatan. Aku harus membuat kepatutan hidup. Menunjukkan bahwa aku adalah seorang muslim yang baik. Seorang muslim dengan keimanan yang bisa dijadikan tauladan. Aku ingin mengubur masa lalu yang kelam. Aku ingin bangkit menjadi pribadi yang sholeh dan mensholehkan.

Saksikan keimananku akan menjadi perisai dan pedang untuk bertarung melawan goda dan uji. Kesantunan iman akan memancar dalam akhlaq dan budi pakertiku. Pertaubatanku ini untuk cintaku pada-Mu Ya Allah..... Bismillah, lahaula walaquwataillabillah........ amin.
READ MORE
0 komentar

Berdamai Dengan Kisah

Perjalanan hidup memang tak selalu mulus. Meski lancar berjalan tetap saja ada ganjalan. Seperti yang aku rasakan akhir-akhir ini kawan. Jujur beberapa urusanku alhamdulillah berjalan lancar. tidak ada halangan yang berarti. Hanya saja aku merasa hatiku gelisah dan hampa. Entah, aku sendiri belum menemukan sebab pastinya.

Hal yang membuat aku berfikir keras dari kejadian ini adalah ketika aku merasa malas beribadah. Beberapa kali aku sholat terlambat waktu. Dan aku merasa kurang bisa khusuk dalam sholat. Rasanya benar-benar sedih. Hatiku gelisah. Aku sangat takut jika aku abai padahal sudah terlambat sholat. Ada saja penyebabnya. Kecapekan, ngantuk, ketiduran, atau hanya karena asyik main dan sekedar ngobrol yang nggak jelas manfaatnya. Astaghfirllah.... aku sungguh takut, jika sampai hatiku mengeras dan tidak sadar terhdapa dosa besar yang ku lakukan, atau terlena lantaran menumpuk-numpuk dosa-dosa kecil berterus-terusan.

Beruntung, saat sholat jumat kemarin sang khotib menjelaskan tentang taubatan nasuha. Aku bergetar mendengarnya meski itu aku perhatikan setelah lebih dari separuh khotbahnya aku tinggal tidur. Entah aku sudah seperti terkena sirep setiap kali mendengar khutbah. Ini juga kadang menggangguku, apakah ini cerminan imanku yang tipis. Oh, tidak jika memang benar begitu, aku harus segera bertaubat. Jangan sampai aku menjadi orang yang merugi karena menyia-nyiakan waktu yang baik itu.

Saat membca tulisan teman di Blognya. Dia bercerita tentang obrolan dengan seseorang. Cerita yang renyah dan sederhana, namun penuh makna. Kisah seorang bapak yang mendidik anaknya dengan kesadaran untuk berbuat atas dasar pengetahuan dan memotivasi untuk menjadi seseorang bukan hanya pengikut. Ini membuatku kembali ke masa kecilku dan kemudian aku renungkan pada perjalanan hidupku. Baru setelah aku kuliah dan lulus aku berani untuk menjadi sesuatu. Saat kuliah aku masih dalam tahap pencarian untuk menjadi sesuatu itu. Banyak hal yang terbentur dan membuatku sadar. dan kini aku kembali terhenyak karena saat bekerja aku kembali lebih suka menjadi pengikut. Aku tidak mau terus begini. Meski memang n nyaman. Aku harus melakukan sesuatu.

Menulis cerita, itu lah kesukaanku yang aku rasa hari berganti hari semakinterasa berat untuk aku kerjakan. Aku belajar santai, aku mengira ini karena aku belum menemukan cinta setelah sekian lama berpisah dengan dia. Entah lah, yang jelas aku ingin lebih banyak mendekat pada-Nya. Lebih banyak menulis dan melakukan kegiatan yang produktif. Mungkin hanya dengan kisah dan menuliskannya ini aku bisa kembali damai. Tapi, rasanya ini akan sia-sia jika aku tidak kembali berpikir seperti anak kecil itu. Menjadi sesuatu.

Mungkin begitu. Semoga.
READ MORE
 
;