0 komentar

Keutamaan 'Sadar'

Kau tahu kadang manusia hilang kesadaran meski dia 100 % melek. Begitu juga dengan aku, yang mungkin boleh dikatakan sering tidak sadar. Tidak sadar bahwa apa yang kita batin, kita pikirkan hanya membawa kemudharatan saja. Apa yang kita bicarakan sama sekali bukan lah hal yang bermanfaat dan melenakan. Apa yang kita lakukan jauh dari hal-hal yang produktif. Mungkin malah perbuatan kita itu bisa membawa kepada marabahaya untuk diri sendiri dan orang lain. Perbuatan yang tidak dilandasi dengan kesadaran seringkali menyebabkan kerugian. Itu lah pentingnya kita senantiasa menjaga diri ini agar selalu tetap sadar.

Sadar sangat penting bagi orang yang sudah bisa berfikir. Dengan kesadaran pola dan sistem berfikir akan lebih terencana dan jelas arahnya. Sangat berbeda dengan cara hidup orang yang berjalan tanpa ada kesadaran. Hidup yang sadar akan membawa kemanfaat dunia dan akhirat jika kita seorang muslim. Dalam Islam ini disebut iksan. Selalu sadar bahwa dalam hidup ini ada yang mengatur dan senantiasa mengawasi. Sehingga semua dalam kesadaran penuh bahkan saat raga ini tidur.

Sekarang, aku sedang menghadapi dilema. Aku sadar bahwa dulu aku salah, suka menuduhmu ini dan itu. Tapi, setidaknya aku ungkapkan itu langsung. Aku berharap jika tidak benar kamu bisa menjelaskannya padaku. Sekarang aku sadar, aku dulu bersalah. Tapi rasanya kesalahan yang tak sebanding dengan hukuman yang kuterima rasanya. Tapi, mungkin emang bukan jodoh. Jadi ya sudahlah.

Kesadaran hal itu akan membuatku lebih hati-hati. Kesadaran yang akan membawaku berjalan lebih jauh. Berjalan dengan hati, jiwa, dan perasaan yang sadar. Semoga aku selalu sadar dan bertemu dengan orang-orang yang sadar juga. amin...

Dan tiba-tiba aku sadar bahwa bapakku ingin aku punya mobil. Sekarang aku bertugas di desk Otomotif. Ini salah satu mobil VW kesukaanku yang berhasil kubidik dengan mata lensa kameraku.


Semoga, aku bisa memilikinya. Dan kesadaranku akan keinginan ini membuat aku tidak boros. Semangat bekerja dan mengusahakan yang halal. Agar rejekiku berkah dan membawa kemanfaatan. Amin..

READ MORE
0 komentar

Penulis Masih Mimpi, Jurnalis Sudah

Dunia kepenulisan memang selalu menarik buatku. Dulu, saat masih aktif di Kampus, aku selalu kagum dengan tulisan-tulisan di koran. Dan sejak itu diam-diam aku juga ingin menjadi penulis, dan wartawan atau jurnalis masuk dalam daftar impian yang harus aku wujudkan. Dan alhamdulillah meski juga masih harus banyak belajar, setidaknya mimpi menjadi jurnalis itu telah tercapai. Hanya saja untuk menjadi penulis fiksi dan memiliki sebuah buku, entah kapan akan terwujud. Sementara, beberapa bulan aku menyendiri belum juga mampu memotivasiku untuk semangat menulis fiksi seprti dulu. Entah, ke mana menguarnya semangat menulisku itu. Padahal, aku memiliki seorang redaktur yang sudah memotivasiku dengan membuktikan bahwa dia mampu membuat buku. Dan dengan sengan hati memberikannya padaku. Aku sangat senang. Dan ingin sekali seperti beliau. Pak Hamdan namanya, ternyata beliau sangat ahli dalam menulis cerita anak.
Dahulu, aku tertarik mengikuti jejak Pak Langit dengan menulis sebuah fiksi sejarah yang mengangkat kisah-kisah kerajaan. Namun, kemampuanku belum cukup untuk menghasilkan tulisan yang bagus dan hasilnya masih amburadul. Alhasil, naskahku sepertinya tak dilirik penerbit. Sejak itu aku mulai malas. Ditambah lagi berbagai macam perlombaan juga belum membuahkan hasil.
Entah, kenapa aku muali rindu semangat itu. Semangat menulis buku. Membuat sebuah novel. Hah, hanya saja aku belum mampu untuk memulai mengawalinya. Rasa malasku semakin hari semakin menguat saja. Aku benar-benar butuh motivasi untuk mengembalikan semangatku itu. Semoga aku bisa, amin.
Mulai malam ini, aku kan mencoba menulis dan menulis. Pak MT salah satu budayawan Solo, sudah banyak memberi masukan padaku.
Untuk semua orang baik itu, aku berkomitmen untuk tidak menyerah. Dan aku akan banyak baca, meneliti, dan menulis. Apapun hasil dan bentuknya. Setidaknya itu lah kemampuanku dan hanya dengan terus melatihnya aku yakin tulisanku akan semakin baik. Bukankah tidak ada kemampuan yang meningkat jika tidak diasah tiap hari. Sebakat apapun seseorang jika tidak pernah melatihnya lama-kelamaan akan tumpul. Seprti pisau dan pedang, akan semakin tajam jika sering diasah dan digunakan.
Tak ada alasan untuk malas lagi. Aku harus bangkit dan mewujudkan mimpiku. Mimpi untuk memiliki buku, mimpi menjadi penulis. Syukur-syukur karyaku bagus dan menginspirasi orang lain. Bisa menjadi amal yang bermanfaat dan menghasilkan pahala yang akan terus mengalir untuk penulisnya. Dan itu lah motivasiku. Terserah, aku tak lagi memiliki motivasi menjadi penulis agar aku bisa menghasilkan uang seperti saat masih menganggur dulu. Kali ini motivasiku adalah untuk mewujudkan mimpi.
Semangat!!!! Menulis dan menulis.
READ MORE
0 komentar

Renungan

Akhir-akhir ini, aku sering sendiri. Benar-benar sendiri. Aku tinggal di tengah perkampungan di daerah Tipes Solo. Namun, layaknya orang perantau yang hidup di kota. Aku tak punya kenalan yang akrab, atau pun tetangga yang bisa aku bermain di sana. Semua terasa tertutup, apalagi aku kos tapi seperti jadi penunggu rumah yang kosong. Rumah yang besar dan luas, sejuk dan banyak tanamannya. Itu yang aku suka. Merawat tanaman menjadi kegiatan yang sangat mengasyikan setelah lelah bekerja. Oya, aku kerja sebagai Jurnalis di sebuah media harian koran lokal Solo. Aku banyak bekerja di kos, dan mengirim berita tulisanku via email. Sehingga praktis waktuku banyak ku habiskan di kos, kos yang sudah seperti rumah sendiri. Andai saja ini milikku sendiri, tentu aku tak segalau ini. haha tapi alhamdulillah aku bersyukur menempati rumah ini. Aku cukup bayar Rp. 150.000 untuk tiap bulannya.
Hal yang menggangguku lagi-lagi adalah sifat normalku yang sudah berumur. Aku benar-benar merasa butuh seorang pendamping yang bisa aku ajak berbagi. Rasanya, dunia tanpa wanita benar-benar sepi. Dan rasa rindu akan hadirnya seorang wanita yang bisa menjadi penentram hatiku ini sekarang ini benar-benar susah diajak kompromi. Rasanya sudah begitu mendesak. Tapi situasi dan kondisi berkata lain. Apa boleh buat. Kembali, aku pasrahkan semua ini kepda Yang Mahaberkehendak.
Semoga, kalian tidak mengalami apa yang aku rasakan ini kawan. Aku sangat berharap, hadirnya pendamping yang bisa menentramkan hatiku. Damai dan ceria. Semoga segera bersama terpublishnya tulisan ini. Hari-hari bahagia yang dinanti setiap insan manusia itu datang menghampiri. Amin.... :)
READ MORE
0 komentar

Sisi Lain Jurnalis

Baru saja menemukan web pribadi Marissa Anita. Salah satu penyiar Metro TV yang aku kagumi. Bukan cuma karena kecantikannya tapi juga karena kecerdasan dan multitalenta yang ia punya. Keren deh pokoknya. Aku tersadar saat membaca tulisan dari buah pikirannya sendiri. Sebagai seorang jurnalis yang harus memperhatikan isue kebangsaan. Hal yang ternyata juga aku rasakan dan mungkin juga semua jurnalis.
Hidup memang pilihan. Menjadi jurnalis juga merupakan pengabdian. Dan idealisme untuk selalu memberikan berita yang mencerdaskan memang harus terus dimiliki.
Di mana pun 'rumah' juranalis kebenaran dan misi pencerdasan jangan sampai ditinggalkan.

SEMOGA INDONESIA JAYA
READ MORE
0 komentar

Ternyata Begini Rasanya Mengatur Duwit -_______-

Bersyukur, memang sudah seharusnya karena biar bagaimanapun juga sudah terlalu banyak nikmat yang kita dapatkan. Rasa syukur manusia erat kaitanya dengan kebahagiaan. Mayoritas yang bisa membuat bahagia adalah rejeki, khusunya berupa materi, langsung saja kita sebut DUWIT alias doku bin money utawa fulussss hahaha... Siapa sih yang nggak suka? Ayo, acungakan jari. Ah, nggak usah malu-malu. Lho, nggak ada ya... Ya udah, berarti deal ya? Semua orang suka duwit. Titik hehe :)
Ini rahasia keuangan pribadi sih sebenarnya. Tapi, nggak apa-apa, aku ceritakan di sini juga nggak berpengaruh dengan jatah rejeki yang memang sudah menjadi jatahku. Jadi, tak ada alasan untuk malu menceritakan ini ku kira. Apalagi jika dengan cerita ini bisa diambil hikmah.
Mengatur keuangan memang tak mudah. bahkan ada sekolah dengan jurusan khusunya untuk belajar mengurus masalah ini. Rata-rata cowok mengalami kesulitan dalam hal ini. Biasanya mereka baru bisa mengerti betapa berharga uang receh ketika sudah berumah tangga. Salah satu Novel yang menceritakan bagaimana susahnya mengelola keuangan bisa teman-teman baca di Novel "Sewindu"-nya Tasaro GK.
Bekerja, adalah salah satu cara mendapatkan penghasilan. Maka, cara ini pun dilakukan. Bekerja dan digaji, atau berusaha mendapat keuntungan bisa untuk ini dan itu.
Waktu itu, aku nekad kuliah setelah lulus SMA (meski itu tak sepenuhnya mauku). Aku sadar orang tuaku seperti apa. Tak mungkin rasanya untuk biaya kuliah. Maka, Bondo Nekad (Bonek) adalah modal utamaku. Waktu itu namanya STAIN sekarang IAIN, sekolah tinggi yang dipilih bapak agar aku bisa belajar dan tidak bekerja dulu. Karena Bapak tahu aku ingin ke Jakarta, sedangkan Bapak berpengalaman pahit sahat merantau di Jakarta. Maknya, dibela-belain aku sekolah di meski tempatnya tak terlalu aku suka. Setidaknya biayanya cukup untuk ukuran kantong keluarga. Bersyuklurnya, aku sering dapat beasiswa, khusunya karena saat menjadi mahasiswa aku aktif di organisasi seperti BEM, Magazine, drama dan organisasi ekstra kampus.
Beasiswa pertama yang ku dapat sebesar Rp. 500.000 yang berjalan sekitar 2 tahun. Lumayan untuk makan dan tambahan bayar kos. Belum lagi kadang dan intesitasnya sangat jarang ketika aku ngelesi dan menerjemahkan. Karena aku ambil Jurusan Sastra Inggris juga aktif organisasi, rasanya udah capek. Tahun demi tahun aku merasa ingin  bekerja. Sebelum wisuda aku ingin bekerja. Setelah hubungi ini dan itu akhirnya aku bisa bekerja. Di sebuah PT yang bergerak dibidang pelatihan motivasi untuk pendidikan. Kau tahu kawan gaji awal yang kudapatkan waktu itu, Rp. 200.000... Wah, yang bener awalnya aku shock! Tapi, akhirnya aku bersyukur karena lumayan untuk tambahan dan sambung hidup. Padahal jika main sama seseorang untuk makan dan ini itu bisa sampai Rp. 100.000.
Ini berjalan selama sekitar 2 tahunan, dan sempat naik gaji sampai Rp. 500.000. Namun, aku harus keluar karena ingin mengerjakan skripsi. Selain emang sudah nggak betah di kantor hehe...
Tahun pertama hanya habis untuk ongkang-ongkang sambil mainan skripsi. Akhirnya September 2012 itu aku wisuda. Biasa aja, rasanya nggak ada yang spesial. Wisuda di semester tua apa enaknya hahaha. Tapi aku senang, setidaknya beban yang selama ini mengganggu tidurku hilang.... Ringan pundakkkuuu, aku dengar mereka berulang kali mengucap makasih. Bisa bayangkan sendiri betapa mengganggunya pundak yang ada di dekat telinga kita berulang kali mengucap makasih hahaha... :D
Setelah lulus, tidak lantas habis perkara kawan... Malah, ini baru awalan cerita. Cie cie sok2an bangettss yah...
Judule Cari Kerja
Masa itu akhirnya aku alami juga. Bingung cari kerja. Ngalamar sana dan sini. Mendapati kerjaan yang ternyata tidak aku suka. Untung baru melamar. Hubungi teman, berkunjung ke sana sini, main disan sini. Akhirnya nihil, kerjaan tak ada. Kerjaan yg disukai lamaran ditolak. Rasanya dunia seperti Nerakaaaaa saat itu. Bayangkan, sarjana yang tidak banyak anak sekolah di desanya nganggur. Semntara, yang lulusan SD, SMP atau SMA sudah bisa mandiri, bahkan menikah menghidupi suami istri. "Sempurna sekali, sempurrrnaaaaaaaa!!!" kataku. Di tambah lagi, uang untuk tempat tinggal dan makan juga kebutuhan yang selama bekerja kadang masih sulit dihentikan. Waktu itu aku sempat bangkit dengan berharap aku bisa menulis buku. Sarjana Sastra yang ingin belajar menulis. Berbulan-bulan waktuku habiskan untuk menulis. Tapi, nihil sampai saat tulisan ini diketik pun tak jua ku miliki buku yang kuimpi-impikan. Tapi alhamdulillahnya, pekerjaan yang aku harapkan dan dulu sempat ditolak itu akhirnya berkat temanku aku bisa masuk dengan menjadi jurnalis berbahasa jawa. Karena ada lowongan, jurnalis yang berbahasa jawa di tarik ke perusahaan lain. Gaji awal separuh UMR yaitu Rp. 450.000 baru selanjutanya sesuai UMR Solo, Rp. 900-an kali ya...
Dengan perjalanan pengalaman gajiku itu, gaji segitu bagiku sudah sangat aku syukuri. Rasa syukurku semakin berlipat-lipat jika ingat sewaktu menganggur dulu. Nikmat yang mana yang kau dustakan?
Dari gaji itu, aku harus pandai mengatur. Untuk bayar kos, makan, bensin, pulsa, de el el. Belum lagi kepingin beli ini dan itu yang semuanya belum kesampaian. Sementara kau tahu keinginanku untuk segera menikah. Ingat usiaku sudah menginjak 27 tahun... :)
Maka, dari itu buat kawan-kawan yang membaca tulisan ini, ambil hikmahnya. Dan doakan agar aku bisa mewujudkan kemandirian finansial, dan menikah dengan istri cantik yang sholehah, serta mendapatkan keluarga sakinah mawadah wa rohmah. Met berbuka bagi yang memburu puasa Syawal... Semoga selamat dunia akhirat, amin.. :)
READ MORE
 
;