Redup
Kereta durja
tembus angkara
Porak poranda di
usia senja
Kilau kemilau
kenangan kelam
Semakin pekat
cahaya pandang masa depan
Santer terdengar
caci jua puji
Begitulah bahasa
media
Peduli apa dengan
semua cecaran KPK
Selama Partai
penguasa bersanding harmoni seirama
Jalan mulus kan
didapat jua
Peduli apa dengan
tingkah Polda
Selama rekrut
anggota berbau dupa
Hukum tak kan
tegak hanya lantang suara
Peduli apa dengan
putusan hakim dan jaksa
Pun mereka tidur
saat saksi bicara
Selama mata masih
ijo melihat kertas berwarna
Keadilan masih
milik mereka yang berharta
Tak hendak gurui
pejabat Negara
Putra pilihan
dewa
Pewaris sah otak
genius Gayus
Keturunan resmi ganas cabikan Nazar
Sedang rakyat
orang biasa
Hanya bisa
berciap bak anak itik mencari induknya
Sekali ciap
kakinya tersandung
Dua kali ciap
terkena pentung
Tiga kali ciap
kakinya buntung
Terus berciap RSJ
siap menampung
Hei! Jangan
salah…
Meski sakit jiwa
dan raga
Namun waras mata
dan telinga
Jua semangat
berbenah berkobar hingga ujung usia
Demi nusantara,
tanah air Indonesia
Hidup segan mati
tak mau
Itu lah rakyat
Indonesia.
Nusantara, Oktober 2012
Kikis
Sabtu pagi sengaja aku mendatangimu
Aku rindu dengan semilir anginmu
Juga cerah cayamu
Aku dengar lagumu sayup merdu
Mendendangkan sewindu rindu
Aku hanya terpaku
Nanar mengamati sekitarku
Deru ombak menghantam lembut bibir samudra
Pantai merah merekah basah penuh gairah
Temani wajah tertunduk
Berselimut duka
Di balik gua Camar mengeintai senja
Ikan Tenggiri bermuram durja
Senja mengapung di atas buih terjeberambab
Kikis hancurkan karang cinta penuh luka
Perih menganga kala air garam membasuhnya
Sejuta benci durjana membalutnya
Satukan kepingan hati dalam peri tiada terkira
Se-ekor kepiting ajaknya bercanda
Takuti lara dengan tipuan warna
Sembunyi pun sia-sia
Kau bukan udang
Juga bukan kepiting
Apalagi kucing
Bersama kuat ombak kau bisa sembuhkan luka
Bersama keras karang kau tegar hadapinya
Bersama kesabaran kikis kau bisa raih cita dan cinta
Pantai Baron
Yogyakarta, 2012.
Dilema Wanita
Sabda tentang jebakan dunia begitu tersohor gaungnya
Kau lah salah satunya
Kehidupan dipenuhi cinta
Kau lah tambatan hatinya
Kau lah warna dan kau lah keindahan dunia
Sepakat tanpa rapat manusia kagumi kehadirannya
Ujung kuku dan rambut pun indah adanya
Apalagi bagian yang disukai pria
Santer terdengar dahyat bujuk rayunya
Kau lah salah satunya
Hingga Adam pun tak kuasa
Kau lah penyebabnya
Akan tetapi sudah bukan rahasia
Surga pun di bawah kakinya
Makhluk mulia yang harus dipuji dan dipuja
Tempat meminta restu dan doa
Setan yang bengis bukanlah yang seram menakutkan
Dia berwajah menyenangkan namun mematikan
Jangan Kau silau dengan rayuannya
Hingga surga itu pun tak menjelma neraka
Salam hormatku untuk bidadari dunia
Pemilik sah air mata ketabahan
Hal terindah yang kokoh menyangga negara
Dengan cinta dan tulus kasihnya
Anak manusia terus menjelma
Bertahanlah hingga akhir dunia
Kala manusia deklarasikan kesetanannya
Nusantara, 08
Oktober 2012
Lorong
Ruang gelap
Becek dan busuk menyengat
Dermaga kecoa beristirahat
Setelah melawan terik hari mengais rizqi
Gang sempit
Sahabat jembatan yang disulap menjadi pemukiman padat
Istana senyap kelelawar terlelap
Setelah malam merayap di belantara kota bising dan pengap
Jakarta, 2012
Lebur
Ada dunia di mana beda dan sama tak lagi ada
Hidup harmoni seiring seirama
Tak ada suka apalagi duka
Nampak serupa tapi tak sama
Semua lebur dalam satu nama
Utopia
Kerajaan Bambu,
2012
Cahaya Putih
Wahai cahaya putih
kemilaumu terus membayang dibenakku
kilauan cahaya putih memancarkan keanggunan seorang putri
ayu
kini aku terperangkap, terjebak, terjerat kilauan cahaya
yg membutakan mataku
ingin rasanya aku mendekat menikmati pesona keanggunanmu
selangkah dua langkah hatiku berdetak tak menentu
Wahai cahaya putih
engkau datang dikala malam panjang membentang berselimut
kegelapan
menerangi singgasana hati yang kini dirundung galau sedih
yang memilukan
Wahai cahaya putih
engkau datang padaku dengan membawa cinta yang tulus dan
suci
engkau sirami tubuh dan jiwaku dengan kelembutan putih
cahaya illahi
Wahai cahaya putihku
akankah cinta kita bersatu
berjodoh dibawah restu dan pangestu
Ah biarlah aku ikuti alur cerita cinta yang hanya ada satu
diantara seribu
aku yaqin cahaya putih itu adalah jodohku
jikapun raga ini tidak bisa bersama
stidaknya hati dan jiwa kita selalu bertemu di setiap doa
dalam sujud kita
Solo, Malam 1 Suro, 26 November 2011
Goresan Cinta Di Hati
Goresan
cinta
Goresan
hati
Goresan
bahagia damaikan jiwa
Goresan
luka pedih selimuti hati
Goresan
cinta
Goresan
tajam
Selimutilah
tajamnya cinta dengan hati
Selimut
cinta
Selimut
luka
Selimut
hati
Selimut
damai
Selimut
cinta lukai hati
Selimut
hati obati luka
Cinta
yang pedih saat bersama dan berpisahnya hadirkan luka
Hati yang
damai saat pedihnya luka cinta lahirkan bahagia
Isyarat
hati untuk cinta
Isyarat
cinta untuk hati
Bersamai
cinta
Bersamai
hati
Damaikan
jiwa lahirkan bahagia
Solo, 23
Juli 2010
Mean of mind
Mean of mind come from eyes
Mean of mind come from ears
Mean of mind come from feels
Love begin beautifully
Sorrow but pleasure till the last time
Passion makes passionate
Love makes life
Mean of mind from love
Mean of mind from passion
Love and passion mean of mind from eyes, ears, and feels
Solo,
July 25, 2010
Saat Kekasihku Meledak
Taman bale kambang menjadi saksi bisu
Marahmu meledak sehari sebelum bulan ramadhan
Engkau meledak menutupi salah
Engkau meledak sambil mengucap maaf
Dari samping aku tersenyum memandangmu
Ucapan dari wajahmu yang penuh amarah membuatku terpancing
Tidak! Aku tidak mau meledak
Aku harus pergi, Pulang saja daripada emosi terus bawaanya
Tidak! Aku tidak mau meledak
Saat melepas rindu berubah jadi sembilu
Tidak, aku tidak mau meledak
Saat di rumah adi ari-ariku berbisik
Kakang kawa pun tidak mau kalah
Beradu peran dan kekuatan mempengaruhiku
Akhirnya kuputuskan sebuah pilihan!
Isyarat hati dari cinta yang tulus dan suci ku kirimkan
pesan bertuliskan “kan ku raihmu”
Kusiapkan perisai cinta dan ku tancapkan panah asmara
Sekarang aku tahu bahwa engakau tidak mau aku memiliki
sifat buruk lelaki itu
Lelaki yang amat engakau kagumi sampai engkau tahu bahwa
lelaki itu punya kelemahan dan sifat buruk itu amat menyakitimu sampai-sampai
engaku tak lagi bisa percaya denganya
Bahkan wanita yang teramat dekat denganmu itu tak lagi
percaya dengan lelaki yang sering engkau sebut “Abah” itu
Akhirnya satu persatu kupunguti keepingan-kepingan
ledakanmu
Kusatukan dengan satu harapan dengan satu kesempatan yang
ku mohon dan engkau kabulkan
Untuk menjadi lebih baik
Hidup bahagia di dunia dan akhirat.
Solo, 10 agustus 2010
Bandara Jadi Saksi Bisu Usahamu Mempertahankanku
Selembut
bayu lepaskan daun dari ranting
Selembut
sentuhan sang bayu
mempesonakan
dedaunan
di kala esok
dan petang menjelang
Rayuannya
menggelora
membuat
melayang
perlahan
dengan penuh keyakinan
Satu per satu
daun berguguran
lepas dengan
ikhlas dari dahan
tanpa goresan
dan luka dari kursi pesakitan
Sekejab
membayang
saat tubuhnya
nampak muda kehijauan
dinginkan mata
yang tak tahan godaan
sejukkan kota
dari terik dan pencemaran lingkungan
Kini lembaran
tubuhnya
semakin
memudar
menguning dan
mengering
Kekar jari
tanganya tak mampu lagi berpagangan
pada ranting
seperti saat bersanding
pasarah pada
terpa bayu yang menurut pada musim
melayang,
berputar, menukik dan terbalik
akhirnya jatuh
tersungkur di tanah berbatu
Tubuh
ringkihnya tak lagi mampu bertahan
samar-samar
tebayang
saat asyik
memproses makanan
dia
mengenalnya dari cerita akar
Sebuah kisah
tentang tanah di suatu negeri
kisah tentang
tanah yang subur di negeri yang makmur
negeri dimana
tongkat dan batu jadi tanaman
mereka hidup
rukun berdampingan
Cerita usang
yang dibawa air
pada batang
dan ranting
saat daun
masih bersanding
Matanya
terpejam
siapkan diri
jalani
pertapaan yang suci
bersamai air
dan tanah
dengan senyum
yang merekah
Solo, 25
Januari 2012
Kembang Cinta
Gelisah malam
diantara gemerlang bintang
Cahaya bulan
sirami hamparan bumi tuhan
Warna biru pekat
bertabur duka
Debu bertebaran
terombang-ambing cepat lambat gerakan dijalanan
Cahaya merkuri
menampakkan keruh dunia
Hampa
Apalah hidup
Apalah artinya
Bila sendiri
Tanpa cinta
Kembang cinta
terus kusirami
Tapi durinya
terus menusuk hati
Balekambang, 2011
Seutuhnya Ku
Persembahkan Untuk Cinta
Beku ku rasa selimuti hariku
Bingung dan malu mengungkapanya tapi tak apalah toh inilah nyatanya
Hari-hariku terasa beku tanpamu
Tak banyak hal berharga yang bisa kulakukan
Apa mau dikata, perpisahan adalah pilihanmu
Sedang cinta itu masih ada dan terus menghujam ke relung jiwa
Sakit memang sakit
Tapi hidup ini terlalu remeh jika harus mati karena sakit hati
Mau aku tutup-tutupi juga percuma
Berkeras menghindari, menghapus dan melupakan hanya sia-sia
Bukannya sirna malah rasa itu semakin kuat mencengkeram, melemahkan
setiap kemampuan rasa dan logika yang ku punya
Tak berlebihan jika aku katakan aku tak bisa hidup tanpamu
Ah….baru aku sadari, ternyata aku butuh cintamu untuk menghidupkan
kembali kesadaran rasa dan logiku yang terpenjara rasa cinta yang tak bisa
menyatu ini.
Yang ku tahu sampai detik ini
Aku merasa kita masih saling cinta
Yah… itu masih sangat bisa aku rasa
Biarlah sekali lagi aku coba ungkapkan
Dengan bait syair yang terkupul dari kata-kata ini
Kata yang tak bisa terkorup seperti kekayaan bangsa kita
Kata yang selalu jujur dengan makna dan kandungannya
Dengan ikhlas aku persembahkan syair ini untukmu agar kamu tahu betapa
lama aku menunggumu, menunggu penyatuan cinta kita
Tak mudah memang menjaga dan mempertahankan kesetiaan di zaman
kleptolitikum ini, karena di zaman ini cinta tak lagi berarti, semua dinilai
dengan materi, sungguh ironi dan mengiris hati.
Aku tak tahu apa ada keajaiban yang mampu menyatukan cinta ini
Denga tegas aku katakan
Aku tak mau menukar cintaku dengan materi berapapun itu
Cinta itu dari hatiku
Bisikanya ku dengar dan kulakukan
Kita memang berbeda tapi juga sama kok…
Sama-sama tak sempurna, gampang sakit kepala, gampang sakit perut, dan
tempramen kita tinggi
Namun bagiku kamu tetap baik, cantik, dan jelita
Yah..ku kira cukup demikian saja, toh klo dituruti ga akan ada
habisnya.
Yang ku tahu syair ini akan lebih mewaktu daripada usia kita, dari itu
aku berani mewakilkan syair ini sebagai ungkapan cintaku padamu
Semoga kamu terima persembahan syair ini dengan ikhlas, yah engkau
tahu telah ku persembahkan seutuhnya untuk cinta
Salam cinta.
Solo, 12 November 2011
Aku
Aku
Aku adalah Ane
kata encek
Hingga
bidadari malu bergelantungan di jenggotku
Ku jaga trahku
hingga tak tercampuri olehmu
Tidak juga kau
Aku
Aku adalah Ana
kata aktifis dakwah
Bila sampai
waktuku ku mau ngaji terus
Tak kan ku
istirahat sebelum kakiku menginjak surgaMu
Perbaikan umat
ruh jihadku
Aku
Aku adalah Eke
kata bencong
Hingga tukang
becak pun puas denganku
Meski dingin
malam menyayat lukaku
Ku kan terus
beroprasi
Hingga hilang
gatal geli
Aku
Aku adalah Gue
kata anak Jakarte
Tawuran
kujadikan budaye
Hingga hilang
banyak nyawe
Juge macet
banjir menggile
Aku tetap acuh
aje
Muke gile
Aku
Aku adalah Ai
orang bule say
Moderen
kutebar hingga ke ujung dunia
Hingga rok
mini jadi cemilan renyah tiap hari
Dan kan ku
keruk kekayaan bumi gemah ripah loh jinawi
Hingga seribu
tahun lagi
Kopi Susu, 27
Desember 2012
Aneka Rasa
Serabut gelisah mengiris malam
Tawarkan penat lelah hati
Saat masa tercabik dusta
Sepi meringis dengan wajah berseri
Masa itu kini telah berlalu
Berganti rindu berbalut sembilu
Entah kapan cinta berpadu
Temu dua raga dengan syahdu
Oh, rahasia...
Ujung rasa gelisah aneka warna
Dari gelap yang pekat penuh trauma
Hingga dompet cerah ceria di tanggal tua
Jua harum aroma bunga maya dengan segala
keindahannya
Lembut suaranya menggoda
Wangi tubuhnya menyandra hingga ujung usia
Cerah warnanya menjerat lamunanku setiap waktu
Oh, Rasa..
Isyaratmu ambigu
Akar kasih pun layu
Rumput liar pun mulai tumbuh
lahirkan ragu curiga dan cemburu
Hingga jenuh bergemuruh riuh
Semua Sirna kala lapar menyapa
"Aku Harus Bekerja!"
Ruang Hampa, 19-12-2012
Salah
Bukan, bukan
lah sepenuhnya salahmu jika hatimu meragu.
Memang
normalnya begitu, kau harus meragu.
Bukankah kita
tak saling tahu juga bertemu.
Wajar lah jika
kau memilih untuk melepasku.
Kembali cumbui
dirimu yang lalu.
Diri yang kau
rindu.
Doa,
yah... hanya
itu yang mungkin ku harapkan bisa bertemu.
Lima waktu
yang pasti dalam sehari kita akan bertemu.
Setidaknya
berbalut doa sapu jagad kita itu.
Juga mantra
kesuksesan kita untuk bertemu di titik sukses dunia dan akhirat itu.
Satu yang
pasti aku merinduimu.
rindu yang
mungkin kau anggap dosa itu.
kini terus
menghantuiku.
Salah, iya
memang benar aku yang salah.
salah karena
telah jujur padamu.
salah karena
cinta itu menyapaku.
juga rindu,
curiga dan kecewa.
Meraka bersatu
hendak menjatuhkanku.
Tapi satu yang
pasti.
Cinta suciku
menyembuhkanku.
Hingga gerbang
waktu terbuka.
Saat itu lah
bahagia dalam rindu dan cinta bertemu.
Ruang Kosong, 2012
Kau, Bukan Mereka Atau Dia
Musim,,,
kau tahu? kita
ini sama!
Sama-sama
sedang menunggu
Tunggui hujan
Gantikan
kemarau yang terik.... kerontang... Garing!
Musim,,,
Aku butuh
tongkat wali
Yang bisa
ciptakan mata air cinta
Dari bidadari
surga dunia yg bernama hawa
Bukan,,,
Bukan hawa
yang panas
Juga bukan
hawa yang dingin
Aku hanya
minta satu
Satu saja yang
meneduhkan
Tapi bukan
mereka atau dia
Kau...
Kau lah yang
aku tunggu
Hingga kemarau
panjang membentang
Juga banjir
bandang menerjang
Aku tetap bisa
bertahan
Ruang Penat, 2012
Pasir Terakhir
Tarian jemarimu mengusik anganku
Aku cemburu
Pada ksatria bersenjata gada
Aku juga ingin membungkus imaji
Dalam secangkir kata penuh makna
Dengan racikan bumbu sederhana
Aromanya usik samudra
Bergelora....
Meski!
Deburan ombakmu parau
Riakmu jamahi hingga pantai...
Basahi senja di pelupuk mata
Gerogoti pasir terakhir
Tempat kaki cinta berpijak...
Kau tahu?
Aku bukan salah satu pendawa
Yang sangat kau puja
Aku hanya sebutir pasir
Singgasana para dewa
Meramu cinta di dalam tangis dan tawa
Pantai
Kehidupan, 2012
Terbuang
Rasa itu
tak lagi menyapa
Sudahi
saja semua
masa itu
tinggal kenangan
yang akan
terus membayang
Kini aku
sendiri
di sini,
terbuang
melesatkan
takdir di alam kebebasan
makanan
sehari-hari, terasing
lepas dari
protokoler kehidupan
Aturan
hidup yang dulu ku pegang
masih kuat
mencengkram
coba tak
ku hiraukan
Percuma!
sia-sia....
itu semua
tak berlaku
bagi
binatang jalang yang terbuang
Tapi, di
sini aku senang
kini
hatiku tentram
kebebasan
memberiku jatah ruang
aku bisa
bernafas
menghimpun
energi dari hati
bersamai
imaji di taman mimpi
Berkeras
melawan rintangan hari
dan aku
tak akan mati
karna aku
menggenggam instuisi
Atap,
2012