Puasa yang lalu memberi berkah tersendiri untuk Pak Bangun yang berhasil memenangkan rancangan usaha bisnis pengembangan ‘Kripik Pare’ setelah proposal lolos di Semarang. Kini Pak Bangun mengembangkan di kampung halamanya, di daerah Pucangan, Kartasura. Sudah dua tahun ini beliau menekuni usahanya. Beliau sudah bisa memasuki bebearapa pasar di Solo, Sukoharjo, Boyolali dan Klaten.
Kripik pare memiliki rasa khas dan
sangat bermanfaat untuk mengobati darah tinggi dan kolesterol. Mulanya hanya
coba-coba di pasar sekitar tempat tinggal. Namun sewaktu lebaran kemaren banyak
pemudik yang mencarinya. Menanyakan dan memesan untuk dibuatkan kripik pare.
Dari cerita Pak Bangun mereka adalah perantauan yang dulu sempat dibawakan
oleh-oleh saudaranya dari kampung sewaktu dijenguk di perantauan. Dan
kebanyakan mereka membawa oleh-oleh kripik pare. Kenapa mereka memilih kripik
pare? Kebanyakan dari mereka awalnya ingin tahu dan ingin mencoba. Makanan baru
bagi mereka karena biasanya pare itu dibuat sayur atau campuran kering tempe
dan tahu, itupun rasanya sangat pahit kalau salah dalam proses memasaknya.
Dalam setiap kemasan kripik pare Pak
Bangun membuat semacam brand dan mencantumkan alamat dan nomer telephon beliau.
Dan kebanyakan dari mereka yang pernah mencicipi, kemudian pengen lagi, lalu mereka
beramai-ramai menghubungi nomer beliau.
Sejak itu rencananya beliau ingin
mengembangkan hasil penjualanya ke kota-kota besar. Dan sempat terfikir juga
untuk menawarkan pada pengusaha makanan ringan agar diproduksi dalam kemasan
yang lebih baik, sehingga layak di hidangkan untuk kalangan pejabat dan sejajar
dengan makan ringan kelas dunia. Namun beliau taut karena biasanya makanan
pabrik besar bahan-bahan campuranya tidak alami.
“Berkah ramadhan mas” begitu ungkapan
bapak dari seorang anak yang baru saja berumur 3 bulan itu, gara-gara pare
beliau berani menikah di usia yang sebetulnya masih muda untuk seorang
laki-laki. Dengan pare pula beliau menggerakkan pertanian warga. Dari pertanian
yang biasanya monoton cuma ditanami padi atau polowijau kini disela-sela
batas-batas sawah mereka menanam pare, bahkan ada yang nekat hanya menanam pare
saja.
Dari petani Pak bangun memperoleh
bahan dasar kripik pare, di belakang rumahnyalah proses selanjutnya, proses
pengolahan makanan pare itu menjadi makanan yang khas gurih dan berkhasiat.
Dari proses pengolahan itu pak bangun
dibantu beberapa karyawan yang diambilnya dari tetangga-tetangga yang
berpenghasilan minim. Beliau lakukan ini awalnya sangat berat, karena beberapa
sudah tua dan susah diajari, namun karena motivasi menolong yang tinggi dan
keinginan mereka untuk memperbaiki hidup masa-masa sulit training itu terlewati
dan sekarang Pak Bangun sudah tidak terlalu ikut campur dalam proses pengolahan
“mereka sudah lebih pandai dari saya” canda guru yang sehariannya ngajar di SMK
di kota Solo sebagai guru agama ini.
Sekarang Pak Bangun sedang menekuni
strategi promosi, yaitu dengan mengandalkan sedikit pengetahuanya tentang
internet, beliau membuat web, facebook, twitter dan jejaring sosial lainya
untuk gencar mempromosikan usahanya yang tidak disangka akan seberkah ini.
Di sekolah Pak Bangun yang terkenal
pendiam, ramah dan sederhana itu juga mengajarkan kewirausahaan pada
murid-muridnya disamping ilmu agama. Dan sekarang Pak Bangun merekrut beberapa
muridnya yang potensial untuk mengurusi marketing dan layanan online.
Rencananya tahun depan Pak Bangun siap untuk membuka cabang yang tersebar di
berbagai daerah, meski diakuinya, “ini tidaklah gampang mas karena masa sulit
itu selalu ada, tinggal bagaimana daya tahan dan kekuatan kita serta kejelian
kita memanfaatkan peluang”. Kesederhanaan dan kebaikanya jelas melakat dari
sosok Pak Bangun. Beliau menginspirasi kita untuk selalu menebar kemanfaatan dalam
hidup ini, salah satunya dengan membuka lapangan kerja. Semoga kita bisa
memetik berkah juga di teman Hartarajasa ini, agar ekonomi Indonesia terus
berputar dan bermuara pada kemakmuran yang nyata bagi seluruh rakyat Indonesia.
Merdeka!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Absen dl y,,