Bel berbunyi dua kali tanda pergantian jam pelajaran.
Riuh disambut berbagai teriakan dan beraneka ekspresi dari penghuni penjara
bernama sekolah ini. Di kelas 10A sorak sorai bergelora. Mereka senang karena
jam ke dua ini adalah jam kosong. Guru yang seharusnya mengajar berhalangan
hadir tak jelas kabarnya.
“Bos, sepertinya hari ini guru lemot itu tak masuk
lagi,” teriak Erik salah satu murid di kelas 10A.
“Kita ke tempat biasa saja ya bro.” ucap Rio pemimpin
Genk kelas 10A.
“Oke Bos siap!” jawab Rudi, Jarwo, dan Mamad serentak,
mereka merupakan anggota setia genk Rio juga. Demi rasa setia kawan dari
membersihkan Toilet sekolah hingga scorsing rela mereka terima. Saat berulang
kali ketahuan keluar kelas dan tak mengerjakan tugas.
Biasanya mereka cuma disuruh mengerjakan Lembar Kerja
Siswa (LKS) atau mengerjakan soal-soal yang ada di buku paket, jika ada guru
yang berhalangan hadir. Rio dan genknya tak akan sudi buang-buang waktu
mengerjakan hal tak perlu itu. Baginya mengerjakan LKS sebagai tugas itu pembodohan, bagaimana tidak
jika berulang kali Rio menemukan soal yang sama dari tahun ke tahun. Bahkan ada
soal yang diambil dari buku yang lain dan sama persis.
Sejak itu Rio rajin mencari buku-buku dari penerbit yang
lain untuk referensi pelajarannya. Dia sering ke Gramedia untuk hunting buku
pelajaran. Rio dan genknya sangat suka sekali belajar namun saat di sekolah
mereka merasa malas. Mereka tak punya teman diskusi yang sepadan apa lagi
memenuhi harapannya memberi pengetahuan lebih.
Kebanyakan teman-temannya hanya mau belajar jika ada
tugas atau PR atau untuk menghadapi ujian saja. Sedangakan guru-guru yang
diajaknya diskusi selalu marah-marah mengahadapi pertanyaan-pertanyaan yang
membuat mereka kebinguangan menjelaskannya. Bahkan, bebarapa kali penjelasan
guru yang kurang persiapan itu dibantah habis-habisan di depan kelas oleh Rio
dan teman-temannya.
Sejak itu pula lah Pak Bandrio guru Bahasa Inggris yang
merasa dipermalukan oleh muridnya itu jarang masuk kelas. Dan hari ini sudah
yang ke tiga kalinya. Tiga kali pula Rio dan genknya malah asyik di kantin.
Biasanya setelah makan dan minum mereka langsung ke masjid. Setelah dari masjid
baru ke perpus. Nah diperpus itulah tempat Rio dan genknya nongkrong,
menghabiskan waktu. Saking seringnya ke perpus Rio dan genknya sangat dipercaya
oleh Mbak Endah petugas perpus yang cantik jelita untuk membantu membuat
katolog, bikin daftar hadir dan mengadakan berbagai kegiatan di perpus.
“Mbak untuk festival nanti Bandnya Ridho akan tampil
mengajak teman-temannya yang lain juga, boleh nggak mbak?” tanya Rio saat
bertemu dengan Mbak Endah yang merupakan penasehat dalam festival itu.
“Boleh lah Yo, tapi diatur yang bagus waktu pentasnya
ya, agar tak rusuh dan menggangu acara yang lain.” Jawab Endah lembut.
“Oke deh kakak he,” jawab Rudi dengan muka manja, Rudi
adalah anggota Rio yang sangat terpesona dengan kecantikan Endah. Sampai-sampai
beberapa kali memimpikannya.
Petugas ketertiban sekolah sudah bosan memperingatkan
Rio dan teman-temannya. Berbagai hukuman tak mampu membuat mereka jera. Dari
itu Pak Hadi selaku Wakil Kesiswaan menyelidiki gerak gerik Rio diam-diam dan
mendapat ide mendidik Rio dari Endah orang yang dianggapnya dekat dengan Rio.
Karena Rio juga, perpus mendapat kesempatan melakukan berbagai kegiatan.
Seperti sekarang ini mereka sedang membahas persiapan Festival Bulan Bahasa yang diadakan
perpus untuk seluruh siswa. Dan Rio di percaya sebagai ketua panitia kegiatan
ini. Genknya Rio memiliki musuh dari genknya Silvy, anak 10B yang merupakan
musuh bebuyutan Rio sejak masih SD.
“Kutu Kupret! Kenapa si kamu tu selalu saja mengganggu
kenyamanan pandanganku. Dari SD hingga SMA masih saja mengikutiku!” Ucap Silfy
yang merasa terganggu kehadiran Rio dan genknya di perpus saat dia asyik
membaca dan diskusi dengan genknya.
“Wew Semprol! Mata kamu itu kayaknya perlu diperiksa, makin parah tu
sakitnya. Lagian siapa juga yang ngikuti penyihir cerewet kayak kamu itu.
Kayaknya kebalik deh, bukannya kamu yang mengikutiku.” Semua yang hadir hanya
cengar-cengir melihat pemandangan itu, sudah hafal dengan tingkah dua anak
jenius sekolahnya itu. Sudah seperti anjing dan kucing saja jika bertemu, tak
pernah bisa akur.
“Sssstttttttttt! Jangan berisik donk,” selalu begitu
mereka hanya bisa diam jika yang memeringatkan adalah Mbak Endah. Jika yang
mengingatkan teman-temannya bukannya diam malah semakin seru pertengkaran Rio
dan Silfy.
“He maaf ya mbak Endah. Huh, kita ke markas saja yuk.
Males meladeni kumpulan orang idiot di sini.” Ucap Silfy sambil menarik tangan
Tita salah satu anggota genknya, Dinda, Reni dan Tia mengekor di belakang.
“Syaaah! Pergi jauh sana!” sambil mengibas-ibaskan kedua
tangannya seperti mengusir kumpulan lalat yang mengerumuni makanan. Endah hanya
menggelengkan kepala menyaksikan sifat ke kanak-kanakan mereka.
Silvy dan genknya adalah aktifis OSIS. Saat ini Silfy
menjabat sekertaris tapi oleh teman-temannya dia sudah digadang-gadang untuk
menggantikan Febi ketua OSIS sekarang yang selalu berselisish paham dengan
Silvy, tapi malang nasib sang ketua OSIS, ide-ide Febi selalu tak mendapat
dukungan dari anggotanya. Hampir semua anggota dekat dengan Silvy, karena Silvy
suka memberi mereka sesuatu khususnya saat Ulang Tahun mereka, mengajak mereka
jalan-jalan dan mentraktir makan. Perhatian Silvy membuat mereka betah di OSIS
meski memiliki ketua yang Egois dan mau menang sendiri.
Sebenarnya Silvy juga mengalami kejenuhan yang sama
dengan ritual mengerjakan LKS dan buku paket pelajaran. Dia juga suka
menghabiskan waktu di perpus. Silvy dan Rio sama-sama dekat dengan petugas
perpus.
“Rio, kamu itu anak laki-laki mbok ngalah saja sama
Silfy. Jika kalian akur tentu sekolah kita bisa menjuarai berbagai lomba debat
dan cerdas cermat. Lha kalian diikutkan lomba bukannya mendabat lawan malah
asyik berdebat sendiri.” Nasehat Mbak Endah itu malah mengingatkan kejadian
memalukan saat awal-awal sekolah. Belum banyak yang tahu Rio dan Silfy tak
akur. Setahu guru-gurunya Rio adalah murid terpandai di kelas 10 A dan Silvy
adalah pemegang rekor tertinggi kelas 10 B. terpilihlah mereka mewakili lomba
debat dan cerdas cermat. Saat lomba bukannya melawan peserta debat yang lain
malah beradu mulut sendiri. Sontak kejadian itu diketawakan semua peserta yang
hadir termasuk juri lomba.
“He Mbak Endah masih ingat saja kejadian memalukan itu,
sebenarnya aku sih mau-mau saja ngalah sama dia Cuma reflek saja setiap kali
mendengar suara dan wajah anak itu bawaannya emosi saja. Bayangkan mbak dari SD
wajah dia itu mengganggu kenyamanan hidupku.” Ucap Rio menjelaskan. Hal senada
juga didengar Endah saat menasehati hal yang sama kepada Endah.
“Awas lho pepatah orang jawa bilang geting nyanding, yang
maknanya dari benci menjadi cinta,” ledeknya serius.
“Ah, mbak Endah bisa saja. Mending sama Mbak Endah dari
pada sama nenek lampir itu.” Godanya balik dengan nada tak kalah serius,
mendengarnya Endah juga merasa aneh, pipinya berubah menjadi merah beruntung
perubahan itu tak diperhatikan Rio. Karena buru-buru balik ke kelas setelah bel
berbunyi.
Mbak Endah sudah tahu dua orang siswa terdekatnya itu tak
pernah bisa akur karena Rio dan Silvy suka curhat dengannya. Maka dari itu
Silfy dan Rio mendapat tugas yang berbeda dalam kegiatan-kegiatan yang
diselenggarakan perpus. Silvy mendapat tugas mengurusi berbagai lomba sedangkan
Rio bertanggung jawab terhadap semua hal yang berkaitan dengan kesuksesan acara
festival yang merupakan hari penyerahan piala pada pemeneng seluruh peserta
lomba.
Perasaan Endah menjadi tak karuan. Sejak Rio dekat
dengannya. Sebenarnya Endah adalah siswa kelas 12 yang membantu petugas perpus.
Juga karena dia dekat dengan Bu Sri guru Bahasa Indonesia yang merupakan guru
mata pelajaran favoritnya. Rasa tak menentu itu dirasakannya saat pertama kali
bertemu dengan Rio, namun kuat-kuat ditepisnya, dipendamnya rapat-rapat rasa
yang dianggapnya memalukan itu.
“Apa kata teman-teman jika aku turuti rasa hatiku ini.”
Ucapnya ketika bayang Rio selalu mengganggunya.
Rio memang nampak dewasa dan pandai membuat gadis-gadis
di sekolahnya terpesona. Wajahnya yang ganteng dan postur tubuhnya yang tinggi
karena selalu aktif berolah raga dan terpilih menjadi pemain sepak bola di
extrakulikuler olah raga, membuatnya memiliki semua persyaratan menjadi idola.
Kecuali untuk satu orang yaitu Silfy yang juga memiliki semua persyaratan
menjadi primadona sekolah, tak jarang Endah di dekati teman-teman cowoknya agar
bisa berkenalan dengan Silfy.
***
Pelatihan intensive di sebuah Villa kawasan Puncak ini
diikuti oleh berbagai guru dari berbagai bidang study. Salah satu peserta itu
adalah Pak Bandrio. Pak Bandrio adalah guru yang cerdas, hanya saja dia adalah
lulusan sastra inggris bukan dari FKIP yang lebih memahami cara mngajar. Dan
pelatihan ini bertujuan agar para guru memiliki inovasai dan menguasai strategy
mengajar. Suhadi Fadjray adalah Trainer yang sudah lama malang melintang di
dunia Education Training telah mampu mengembalikan kepercayaan dirinya dan
memberi pencerahan bagaimana mengarahkan Rio muridnya yang telah meremehkannya.
Dia sudah menemukan sumber masalahnya yaitu metode pengajaran.
“Terima kasih banyak Pak sudah menginspirasiku untuk
menjadi guru dengan hati,” ucap Pak Bandrio pada Pak Suhadi sang trainer yang
telah mencerahkannya.
“Teruslah menginspirasi, anak-anak Indonesia!” pesannya
pada Pak Bandrio. Mereka berpelukan sebelum melakukan perjalanan pulang.
Dalam pelatihan itu Pak Bandrio tersadar, bagaimana
berbagai penyakit guru di sekolahnya terungakap, seperti Kudis (Kurang
Disiplin) Kuper (Kurang Persiapan) Gaptek (Gagap teknologi) dan masih banyak
lagi.
Dan yang paling menggembirakan Pak Bandrio mendapatkan
cara khusus yang bisa diterapkan untuk anak-anak seperti Rio dari pelatihan
bersama Pak Suhadi.
Sesampainya di rumah Pak Bandrio langsung menyiapkan
berbagai media pembelajaran. Berikut konsep selama satu semester pembelajaran
ramah otak dan fun education seperti yang diperagakannya di depan seluruh
peserta dan mendapat apresiasi yang luar biasa dari semua peserta training
lainnya. Berbagai game dari jaring laba-laba hingga puzlle sudah
dipersiapkannya. Dan untuk di awal Pak Bandrio akan menerapkan metode
pembelajaran outdor. Agar menarik dan kesan fun gamenya lebih kental, yang
berfungsi membuka mental block dan membangun ikatan emosional antara guru dan
murid yang kental dengan kesan guru itu tinggi dan murid itu rendah berubah.
Pak Bandrio ingin menciptakan suasana sejajar, antara guru dan murid adalah
partner belajar.
***
Usaha Endah untuk mengakurkan Rio dan Silfy sukses
besar. Berbagai permasalahan persiapan hingga hari perayaan Festival Bulan
Bahasa membuat mereka saling membantu meski tugasnya berbda namun pada
hakekatnya keduanya sama-sama menopang kesuksesan acara yang satu dan lainnya.
Dari penyusunan acara, sosialisasi, property dan konsumsi hingga pendanaan
membuat Rio dan Silfy harus sering berkoordinasi. Berbagai kesepakatan dan
cek-cok antara Rio dan Silfy malah memberi bekas tersendiri. Membuat keduanya
tersadar dari ego dan watak kekanak-kanakan mereka. Menimbulkan kedewasaan
dalam rasa tanggung jawab diantara keduanya.
“Kalian ini bisa berfikir dewasa tidak! Punya rasa tanggung
jawab tidak! Aku kecewa dengan kalian!” kemarahan Endah karena Rio dan Silfy
tak bisa dikendalikan malah berujung manis. Keduanya datang kerumahnya meminta
maaf dan berjanji akan berubah.
“Janji Rio dan Silfy: Tak akan berntem lagi, menjadi
dewasa dan penuh tanggung jawab dan menuruti nasehat Mbak Endah!” itulah yang
mereka ucapkan di depan Endah sambil mengangkat satu tangan mengisyaratkan
sumpah serius.
“Wkkwkwkwkwkkwk……kalian ini bisa-bisa saja,” keduanya
malah nyengir karena keseriusannya malah di tertawakan.
“Maafkan Rio dan Silfy ya Mbak,” ucap mereka memelas.
“Ah, sudahlah mbak sudah maafkan dari kemarin kok. Mbak
senang kamu bisa akur. Jangan berntem lagi lho!” ucapnya sambil memeluk kedua
orang terdekatnya itu.
“Ingat waktu kalian tidak banyak, mbak tidak mau
kegiatan ini mengganggu belajar kalian.” Tambahnya, sambil mengajak mereka
masuk kedalam rumah.
“Tenang Rio dan Silfy bersatu tak ada pelajaran yang tak
bisa ditakhlukkan.” Ucap Rio meyakinkan, Silfy hanya nyengir mendengar ucapan
Rio.
“Ha ha ha percaya deh!” timpal Endah.
Sejak itu Endah mulai merasa senang namun juga ada rasa
takut. Hatinya berkecamuk jika apa yang ditakutkan terjadi. Rio dan Silfy
saling jatuh cinta. Memikirkan hal itu tiba-tiba dadanya sesak. Di hirupnya
nafas seperti takut kehabisan jatah, mencoba meregangkan pikiran usir sesak di
dadanya.
***
Suasana riuh sekolah masih seperti biasa. Rasa cemas dan
penuh harap jam kosong menyelimuti. Pelajaran merupakan tekanan dan guru-guru
seperti hantu yang menyeramkan tak bisa dipungkiri menjalari semua siswa
sekolah ini.
“Yo, hari ini kira-kira Pak bandrio masuk nggak ya?”
tanya Rudi.
“Kayaknya tadi ada kok di kantor,” jawab Rio.
“Kamu dah siapkan pertanyaan agar guru itu kembali
depresi Yo?” tanya Erik penasaran.
“Enak saja emang kamu! Aku tak pernah berniat melakukan
hal-hal semacam itu, kemarin itu spontan saja dan karena aku mangkel dengan
cara-cara guru di sekolah ini mengajar. Mereka seperti dewa dan kita ini
pengikutnya yang harus mengikuti setiap kehendaknya, Tuhan saja memberi
kebebasan pada kita untuk memilih, tapi mereka tidak, kaku.” Sanggah Rio
menjelaskan pada sahabatnya yang emang suka usil itu.
“Selamat Siang anak-anak yang luar biasa!” sapaan Pak
bandrio yang berbeda membuat murid-murid kelas 10A saling pandang, terbengong.
“Hallo! Selamat Siang anak-anak yang luar biasa!”
ulangnya.
“Selamat siang Pak,” jawab mereka serentak begitu
tersadar.
“How are you today?”
“I’m fine thank you, and you?”
“Fine too, thank you.”
Ritual dari SMP itu masih belum berubah setiap kali
mengawali pelajaran bahasa Inggris. Dan Rio paling malas menjawab pertanyaan
seperti itu. Dia masih terduduk lesu sambil tangannya memangku wajah di atas
bangku.
“Today, we going to learn game and fun education. Let’s
go to the yard!” pintanya pada semua murid yang lagi-lagi saling pandang penuh
pertanyaan, tak terkecuali Rio yang merasa kenal dengan metode yang baru saja
disampaikan Pak Bandrio. Rio pernah membacanya di buku pengembangan SDM yang
diterapkan di perusahaan-perusahaan besar. Hal itu membuatnya semangat untuk
mengikuti. Pak Bandrio melirik Rio sekilas, dan tersenyum penuh kemenangan saat
melihat Rio antusias.
Di halaman sekolah, kotak berisi tulisan dan tali
berbntuk jaring dang berbagai tali raffia membentuk circuit balap sudah
tertata. Pak bandrio membagi murid-muridnya ke dalam beberpa kelompok. Setiap
kelompok memiliki satu ketua. Kemudian pak Bandrio membagikan kertas yang
merupakan panduan game. Setiap kelompok diminta mendiskusikannya agar bisa
menyelesaikan soal. Yang paling cepat adalah kelompok yang menjadi juara.
Keriuhan metode baru Pak Bandrio menyita perhatian
seluruh siswa tak terkecuali juga para guru. Berbagai tanggapan pun
bermunculan. Itulah salah satu cirri khas Indonesia yang kaya. Akhirnya game
itu dimenangkan oleh kelompoknya Rio. Silfy yang sedari tadi memperhatikan
meski harus mencuri-curi pandang membuatnya semakin kagum pada Rio.
Meski banyak pandangan miring dari para guru, metode Pak
bandrio terbukti efektif meningkatkan motivasi belajar anak didiknya. Hasil
ulangannya bagus-bagus. Dan murid-murid ceria mengikuti pelajarannya. Sejak itu
semua guru sepakat memilih Pak Bandrio menjadi guru tauladan sekolah itu. Dan
menjarkan beberpa metode pada guru yang lain, seperti matematika Pak Bnadrio
mengajarakan cara Math Master yang di dapatkannya saat mengikuti training
dengan Ki Ipud yang menemukan seribu cara cepat menakhlukkan soal matematika.
Sejak itu sekolah yang awalnya seperti penjara bagi
siswa, tidak ternyata bukan hanya siswa guru-guru juga merasakannya. Berubah
menjadi sarana bermain dan belajar. Anak-anak diberi kebesan berkreasi dan
meningkatkan potensi diri sebagaimana minat dan bakatnya.
***
Rio dan Silfy hari ini nampak serius menyelesaikan
tanggung jawabnya di hari Festifal Bulan Bahasa. Tamu undangan sudah memenuhi
taman sekolah. Berbagai piala sudah menghias di samping panggung berhiaskan
pernak pernik khas pesta.
“Yo, semua perangkat acara sudah siap?” Tanya Silfy
setengah teriak. Rio hanya memberikan dua jempol dan seulas senyum lalu pergi
sepertinya masih ada yang harus dia kerjakan.
“Mbak Endah, Acara sudah bisa dimulai.” Ucap Rio sambil
mendekati Endah yang sudah bersiap menjadi Master Ceremoni (MC). Endah pun
mulai membacakan susunan acara, hingga penutupan. Acara itu berlangsung meriah
dan mengharukan. Apalagi saat Pak Bandrio menceritakan bagaimana jiwa
pendidiknya tertantang oleh tingkah Rio saat terpilih menjadi guru teladan dan
guru paling inspiratif. Rio hanya cengar-cengir mendpatkan pujian dari
kebandelannya.
“Cah bandel kok dapat pujian kamu itu Yo!” ledek Endah
pada Rio yang duduk di sampingnya.
“Biarin bandel asal Mbak Endah tetap sayang sama Rio,”
Bisik Rio menimpali candaanya dengan serius. Lagi-lagi ucapan Rio membuat Endah
salah tingkah, hingga bingung saat harus membacakan acara selanjutnya,
beruntung Rio membimbing ucapannya.
Sepasang mata nanar mengawasi keceriaan Endah dan Rio
sedari tadi. Dia merasa hal aneh dan ganjil sedang terjadi. Ada rasa senang,
lucu, benci, tak rela dan sakit hati. Semua menjadi satu bercampur timbulkan
gelisah tak menentu.
Sekarang giliran Rio dan Silfy yang maju ke panggung,
mereka terpilih menjadi murid teladan. Seperti rencana Rio, dalam acara ini dia
akan membacakan puisi ungkapan hatinya. Dia sudah menuliskannya di sepertiga
malam terakhir selepas bermunajat meyakinkan hati untuk menentukan pilihan
hatinya yang bimbang di antara dua pilihan.
Bidadari Perpus Cinta
Dalam
pekat malam anganku melayang
Kau
kah itu sang pemilik cinta
Dari
hati yang penuh dilema
Ku
yakinkan diri pada gadis pilihan hati
Bidadari
yang berteman dengan buku
Di
perpustakaan cinta yang menebarkan asmara
Dengan
ilmu dan lembut kasihmu
Sungguh
aku terpesona
Sekian
Taman jiwa, 11-11-11
Tepuk tangan dan riuh sorak dari segala penjuru
mengiringi Rio dan Silfy kembali ke tempat duduknya. Endah mencoba menahan
diri, saat Rio kembali duduk di dekatnya. Dia menyembunyikan rapat-rapat apa
yang dia rasa saat Rio membaca puisi itu sambil terus meliriknya. Seolah cuek
tak mersa dan tak terjadi apa-apa. Rio juga bingung dengan sikap Endah yang tak
menunjukkan ekspresi apa-apa.
“Apa puisiku masih belum jelas ungkapkan semua rasa
hatiku padanya,” kata hatinya.
Silfy yang sudah bisa menebak siapa wanita yang dimaksud
dalam puisi itu hanya diam, dongkol menahan sakit dan cemburu. Ingin rasanya
dia segera pulang. Berlari dan menangis sejadi-jadinya di kamar. Tapi itu semua
diurungkannya. Dia tak mau terlihat mencolok memiliki rasa dengan Rio. Dia juga
berusaha menyembunyhikannya rapat-rapat. Hingga acara selesai Endah dan Silfy
sama-sama bertingkah biasa, seolah-olah tak terjadi apa-apa. Dan itu membuat
Rio stress. Dia tak kuat dan memohon diri untuk pulang lebih dulu pada Endah
dan Silfy dengan alasan ada urusan keluarga yang harus dihadirinya.
Rio pergi ke taman kota. Menyendiri merenungi semua yang
telah terjadi. Di sampingnya ada dua orang wanita yang sedang mencurahkan isi
hati.
“Wanita itu makhluk sensitive tapi sebenarnya dia adalah
makhluk yang paling tidak sensitive karena terlalu pandai menyimpan isi hati,”
ucap wanita yang terlihat lebih dewasa pada temannya.
“Seperti dirimu ini yang tak mau mendengar ungkapan isi
hati Bosmu hanya karena tak mau menyakiti sahabatmu yang kamu tahu juga jatuh
hati pada Bosmu itu, juga kamu takut pada pandangan orang yang belum tentu benar jika kamu jadian sama Bosmu
itu kan?” Lanjutnya, sahabat wanitanya itu hanya terdiam dan menangis
dipelukannya.
Mendengar kata-kata itu Rio baru bisa memahami, kenapa
Endah bersikap cuek seperti itu, dia berfikir mungkin Endah mengetahui Silfy
juga suka menyukaiku. Dan mungkin dia juga takut dengan tanggapan
teman-temannya jika jadian dengan juniornya. Rio hanya mampu memejamkan mata di
kursi taman kota. Dia rebahkan tubuh lelahnya. Lepaskan segala penat yang
mencengkeramnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Absen dl y,,