ETNOGRAFI DALAM KOMUNIKASI

1.   Metode Etnografi Untuk Penelitian Komunikasi

Etnografi muncul dari Antropologi Budaya. Etno berarti orang atau folk, sedangkan grafi mengacu pada penggambaran sesuatu. Oleh karena itu etnografi berarti suatu budaya dan pemahaman cara hidup orang lain dari sisi the native’s point of view. Selain itu ada juga yang menyebutkan bahwa etnografi adalah salah satu jenis etnologi. Etnologi adalah cabang antropologi yang mempelajari dinamika budaya, yaitu proses perkembangan dan perubahan budaya.

Etnografi adalah pendekatan empiris dan teoretis yang bertujuan mendapatkan deskripsi dan analisis mendalam tentang kebudayaan berdasarkan penelitian lapangan (fieldwork) yang intensif. Menurut Geertz (1973) etnograf bertugas membuat thick descriptions (pelukisan mendalam) yang menggambarkan ‘kejamakan struktur-struktur konseptual yang kompleks’, termasuk asumsi-asumsi yang tak terucap dan taken-for-granted (yang dianggap sebagai kewajaran) mengenai kehidupan. Seorang etnografer memfokuskan perhatiannya pada detil-detil kehidupan lokal dan menghubungkannya dengan proses-proses sosial yang lebih luas.

Kajian budaya etnografis memusatkan diri pada penjelajahan kualitatif tentang nilai dan makna dalam konteks ‘keseluruhan cara hidup’, yaitu dengan persoalan kebudayaan, dunia-kehidupan (life-worlds) dan identitas. Dalam kajian budaya yang berorientasi media, etnografi menjadi kata yang mewakili beberapa metode kualitatif, termasuk pengamatan pelibatan, wawancara mendalam dan kelompok diskusi terarah.

Kerja seorang peneliti dengan metode ini, sesuai dengan analogi yang dikemukakan Griffin adalah bagaikan seorang ahli geografi yang melakukan pemetaan. Pemetaan yang dilakukan peneliti adalah pemetaan sosial. Dalam melakukan pemetaan peneliti berupaya untuk bekerja holistik, terkontekstualisasi, menggunakan perspektif emik, serta menggunakan perspektif yang bersifat tidak menyatakan pendapat (nonjudgemental orientation) atas realitas yang diamati. Perspektif holistik berkenaan dengan asumsi bahwa seorang peneliti harus memperoleh suatu gambaran yang lengkap dan komprehensif tentang kelompok sosial yang diteliti.  Dalam pengkontekstualisasian data meliputi pengamatan ke dalam suatu perspektif yang lebih besar, misalnya dalam konteks politik, sejarah, ekonomi. Berkenaan dengan perspektif emik, maka peneliti dalam mengumpulkan data akan berangkat dari pandangan masyarakat setempat, meski tanpa harus mengabaikan analisis ilmiah si peneliti sendiri, sedangkan orientasi nonjudgemental  merupakan orientasi yang mendorong peneliti mengadakan eksplorasi tanpa melakukan penilaian yang tidak sesuai dan tidak perlu. Oleh karena itu peneliti harus berusaha untuk melihat budaya yang berbeda dengan budaya dia berasal tanpa membuat penilaian tentang praktek- praktek yang diamatinya itu. Dengan kata lain harus meninggalkan tindakan etnosentris.

2. Peta Etnografi Komunikasi Di Antara Teori- Teori Komunikasi

Etnografi Komunikasi masuk ke dalam pendekatan kualitatif. Dalam Littlejohn (2002,194) dikemukakan bahwa metode ini merupakan penerapan etnografis dalam pola-pola komunikasi kelompok. Peneliti yang menngunakan metode ini berupaya untuk meneliti bentuk-bentuk komunikasi yang dipergunakan oleh para anggota sebuah komunitas budaya. Metode ini dapat digunakan untuk penelitian-penelitian dalam tataran komunikasi kelompok/organisasi, atau untuk mendekati kelompok atau organisasi secara kultural.

Dalam pengelompokkan teori yang dibuat oleh Littlejohn (2003), etnografi komunikasi dalam kelompok minor termasuk kedalam teori-teori interpretasi budaya. Sementara itu dalam kelompok mayor, etnografi komunikasi termasuk ke dalam teori-teori pengalaman dan interpretasi (experience and interpretation), sedangkan dalam kelompok metodologi, etnografi komunikasi bersama dengan penelitian fenomenologis, penelitian grounded, dan inkuiri heuristik, berada di dalam cakupan metodologi interpretatif. Etnografi komunikasi merupakan penerapan metode etnografis pada pola-pola komunikasi kelompok. Etnografi muncul dari antropologi budaya (Neuman, 2000:347). Etno berarti orang atau folk, sedangkan grafi mengacu pada penggambaran sesuatu. Oleh karena itu etnografi berarti suatu budaya dan pemahaman cara hidup orang lain dari sisi the native’s point of view.

3. Posisi Peneliti Dengan Metode Etnografi Dari Sisi Epistemilogis

Kaum konstruktivis mengasumsikan ada interaksi antara peneliti dan yang diteliti. Interaksi ini menghasilkan pemahaman akan suatu realitas. Dalam kerangka ini peneliti berlaku sebagai seorang transaksionalis atau subjektivis.  Berbeda dengan kaum konstruktivis, penganut paradigma klasik mengasumsikan adanya realitas objektif dalam penelitian. Realitas ini eksis diluar peneliti. Hubungan peneliti dan yang diteliti harus dijaga sejauh mungkin. Oleh karena itu peneliti perlu membuat jarak dengan objek yang diteliti. Dengan demikian peneliti dalam kerangka ini disebut debagai dualist atau objektifis, sedang dalam perspektif kritis diasumsikan senantiasa terdapat nilai-nilai yang mengantarai hubungan antara peneliti dan yang diteliti, sehingga pemahaman akan realitas merupakan temuan penelitian yang diantarai oleh nilai-nilai. Peneliti dalam kerangka kritis juga berlaku sebagai transaksionalis atau subjektivis.

Posisi peneliti dilihat dari dimensi aksiologis

Konstruktivis memposisikan sebagai fasilitator, yaitu fasilitator yang memediasi keragaman subjektifitas para aktor sosial. Sebagai fasilitator maka nilai etika dan pilihan moral menjadi bagian integral dari penelitian. Sementara itu peneliti dalam perspektif klasik akan memposisikan diri sebagai pengamat. Sebagai pengamat maka nilai, etika, dan pilihan moral harus berada diluar proses penelitian. Dalam kerangka ini peranan yang dimainkan adalah sebagai disinterested scientist.

4. Karakteristik Penelitian Dengan Paradigma Konstruktivis

Teori-teori dan penelitian komunikasi bisa dikelompokkan sekurang-kurangnya ke dalam tiga paradigma, yaitu: paradigma klasik, paradigma konstruktivis, dan paradigma klasik. Perbedaan antarparadigma tersebut sekurang-kurangnya mencakup empat dimensi, yaitu: epistemologis, ontologis, metodologis, dan aksiologis. Berikut ini merupakan karakteristik penelitian dengan paradigma konstruktivis berdasarkan keempat dimensi tersebut.

a. Epistemologis

Pemahaman tentang suatu realitas atau temuan suatu penelitian merupakan produk interaksi antara peneliti dengan yang diteliti.

b. Ontologis

Realitas merupakan konstruksi sosial. Kebenaran suatu relitas bersifat relatif, berlaku sesuai konteks spesifik yang dinilai relevan oleh pelaku sosial.

c. Metodologis

Menekankan empati dan interaksi dialektis antara penelit-responden untuk merekonstuksi realitas yang diteliti melalui metode-metode kualitatif seperti observasi berperan serta.  Kriteria kualitas penelitiannya meliputi authenticity dan reflectivity; yaitu sejauhmana temuan merupakan refleksi otentik dari realitas dihayati oleh para pelaku sosial.

d. Aksiologis

Nilai, etika, dan pilihan moral merupakan bagian tak terpisahkan dari suatu penelitian. Peneliti sebagai passionate participan, fasilitator yang menjembatani keragaman subjektivitas pelaku sosial. Tujuan penelitiannya adalah untuk merekonstruksi realitas sosial secara dialiktis antara peneliti dengan pelaku sosial yang diteliti.

Menurut Ting-Toomey (Gudykunst dan Kim, 1984:177), karakteristik penelitian konstruktivis adalah:

Penelitian berfokus pada bentuk-bentuk dan fungsi-fungsi komunikasi dalam hubungannya dengan interaksi sosial sehari-hari.
Para aktor sosial dipandang sebagai interpreter dari lingkungan sosial mereka sendiri.
Penelitian dilakukan untuk menangkap realitas pada lapisan pertama (first-order) dari partisipan budaya.
Fokus pengembangan teori adalah pada relasi anta komunikasi dan budaya.
Konstruktivis mengakui bahwa konstruk memiliki asal-usul sosial dan dipelajari melalui interaksi dengan orang. Dalam kerangka ini kemudian menjadi signifikan dalam menentukan makna sebuah peristiwa. Budaya berpengaruh pada cara mendefinisikan tujuan-tujuan komunikasi, termasuk cara mencapai tujuan-tujuan itu.

Penelitian konstruktivis menunjukkan pula bahwa kompleksitas kognitif dapat menyebabkan terjadinya pemahaman yang lebih besar atas perspektif yang digunakan oleh orang lain. Kompleksitas kognitif juga dapat meningkatkan kemampuan komunikator dalam membingkai pesan-pesan yang disampaikannya. Pemahaman yang besar dan kemampuan membingkai pesan memungkinkan seseorang untuk memahami orang lain.

5. Kategori  untuk membandingkan suatu budaya yang berbeda

Gerry Philipsen mengemukakan empat asumsi dari etnografi komunikasi

Partisipan dalam komunitas budaya lokal menciptakan makna. Mereka menggunakan kode-kode yang mempunyai pengertian yang sekiranya sama untuk mereka mengerti.
Komunikator dalam berbagai grup budaya harus dapat mengkordinasikan tindakan mereka. Harus ada beberapa sistem  mengenai apa yang harus dilakukan dalam komunikasi.
Makna dan tindakan merupakan bagian dari individu. Dalam pengertian lain, mereka berbeda dari satu budaya terhadap budaya yang lain.
Tidak hanya pola-pola tindakan dan kode yang berbeda  dari satu grup terhadap grup yang satu tetapi setiap grup juga mempunyai cara tersendiri untuk mengerti beberapa kode dan tindakan.
6. Kategori Yang bisa Digunakan Untuk Membedakan Kebudayaan Menurut Dell Hymes

Suatu budaya mengkomunikasikan dengan berbagai cara yang berbeda-beda, tetapi dalam setiap pola komunikasi itu pasti ada suatu  kode dari komunikator yang bisa menggunakan kode-kode tertentu, saluran pesan, topik.dalam artian lain budaya merupakan kekuatan yang dapat mempengaruhi kehidupan semua dan sebagian manusia.disadari bahwa banyak perbedaan budaya satu sama lain sehingga menyulitkan untuk membuat generalisasi , maka oleh Dell Hymes (Little John, 2002: 194) diciptakan kategori yang dapat digunakan untuk membandingkan budaya-budaya yang berbeda tersebut. Ada sembilan kategori, yaitu :

Ways of speaking, yakni pola-pola komunikasi yang akrab bagi para anggota kelompok
Ideal of the fluent speaker, yakni sesuatu yang menunjukkan hal yang pants dicontoh oleh komunikator
Speech Community, yakni kelompok itu sendiri dan batas-batasnya
Speech Situation, yaitu saat-saat ketika komunikasi dapat dipertimbangkan sesuai di dalam sebuah komunitas
Speech events, yaitu peristiwa-peristiwa yang dipertimbangkan  menjadi komunikasi bagi para anggota kelompok
Speech act, yakni seperangkat perilaku khusus yang di anggap sebagai komunikasi seketrika dalam peristiwa ujaran (speech event)
Component of  speech acts
The rules of speaking in the community, atau garis-garis pedoman yang menjadi sarana penilaian perilaku komunikatif
The function of speech in the community, yakni menyangkut kepercayaan terhadap tindak komunikasi dalam menyelesaikan sesuatu.
7. Tiga Jenis Masalah Yang Dicoba Untuk Dipecahkan Dengan Pendekatan Etnografi Menurut Donal Carbaugh

Donal Carbough ( Littlejohn, 2002:195 ) mengemukakan bahwa etnografi komunikasi mengarah sekurangnya pada tiga jenis masalah. Pertama, masalah pengungkapan jenis identitas yang digunakan bersama oleh anggota komunitas budaya. Identitas itu diciptakan oleh komunikasi dalam komunitas budaya, sementara identitas sendiri pada hakikatnya merupakan perasaan anggota tentang diri mereka sebagai kelompok. Dengan kata lain, identitas merupakan seperangkat kualitas bersama yang digunakan sebagian besar anggota komunitas untuk mengidentifikasikan diri. Kedua, masalah pengunmgkapan makna kinerja publik yang digunakan bersama dalam kelompok. Ketiga, masalah eksplorasi kontradiksi atau paradoks- paradoks kelompok.

8. Teknik Pengumpulan Data Yang Diterapkan Dalam Pendekatan penelitian Etnografi, yaitu:

Observasi Partisipatif
Ini merupakan salah satu teknik pengumpulan data dalam penelitian kualitatif. Karakteristik-karakteristik teknik observasi partisipatif adalah:

=   Ada komitmen dari peneliti untuk mempelajari peristiwa-peristiwa hidup sehari-hari. Partisipan ikut mengalami dan memahami peristiwa-peristiwa tersebut.

=   Persepsi atas realitas dikonstruksi melalui interaksi dan komunikasi yang dilakukan oleh partisipan.

=   Kinerja studi berada dalam lingkungan alami tanpa merubah apapun.

=   Persepsi atas realitas dialami dalam suatu cara yang interpretatif

=   Bahan yang dikumpulkan merupakan bahan empiric yang relative tidak terstruktur

=   Berkenaan dengan sejumlah kecil kasus

=   Penulisan dan gaya analisis bersifat interpretif, dan

=   Mencakup deskripsi fenomena

In-depth Interview
Interview merupakan teknik pengumpulan data dengan cara pertukaran verbal tatap muka yang dilakukan oleh seorang sebagai pewawancara kepada seseorang yang dimaksudkan sebagai responden atau narasumber penelitian. Pewawancara berrupaya untuk memperoleh informasi atau ekspresi-ekspresi opini atau keyakinan dari subyek penelitian (Maccoby dan Maccoby dalam Minichielio dkk, 1995:62). Teknisnya adalah dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan dalam interaksi tatap muka langsung, sedangkan secara khusus, indepth interview memiliki pengertian sebagai pertemuan tatap muka berulang antara peneliti dan informan secara langsung untuk memperoleh pemahaman atas kehidupan, pengalaman, dan situasi informan itu sendiri.

FGD
FGD merupakan teknik pengumpulan data berdasarkan konsep dinamika kelompok. Bentuknya adalah diskusi kelompok kecil responden yang dipandu seorang moderator dan mendalam pada berbagai persoalan yang menjadi pokok penelitian.

Life History
Life History merupakan sejarah hidup individu yang diceritakan oleh orang yang tinggal dalam komunitas setempat. Cerita ini dikumpulkan oleh peneliti (Minichiello, 1995:105). Teknik ini digunakan sebagai upaya untuk memperoleh kisah hidup orang yang diceritakan dalam bahasa orang itu sendiri. Peneliti yang menggunakan metode ini akan berasumsi bahwa informan dapat merasakan masa lalunya dan bahwa rekaman public tidak selalu bermakna atau sebagai sumber informasi yang paling valid (Minichiello, 1995:106)

 Sumber: https://sinaukomunikasi.wordpress.com/2011/08/20/etnografi-dalam-komunikasi/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Absen dl y,,

 
;