Ternyata Begini Rasanya Mengatur Duwit -_______-

Bersyukur, memang sudah seharusnya karena biar bagaimanapun juga sudah terlalu banyak nikmat yang kita dapatkan. Rasa syukur manusia erat kaitanya dengan kebahagiaan. Mayoritas yang bisa membuat bahagia adalah rejeki, khusunya berupa materi, langsung saja kita sebut DUWIT alias doku bin money utawa fulussss hahaha... Siapa sih yang nggak suka? Ayo, acungakan jari. Ah, nggak usah malu-malu. Lho, nggak ada ya... Ya udah, berarti deal ya? Semua orang suka duwit. Titik hehe :)
Ini rahasia keuangan pribadi sih sebenarnya. Tapi, nggak apa-apa, aku ceritakan di sini juga nggak berpengaruh dengan jatah rejeki yang memang sudah menjadi jatahku. Jadi, tak ada alasan untuk malu menceritakan ini ku kira. Apalagi jika dengan cerita ini bisa diambil hikmah.
Mengatur keuangan memang tak mudah. bahkan ada sekolah dengan jurusan khusunya untuk belajar mengurus masalah ini. Rata-rata cowok mengalami kesulitan dalam hal ini. Biasanya mereka baru bisa mengerti betapa berharga uang receh ketika sudah berumah tangga. Salah satu Novel yang menceritakan bagaimana susahnya mengelola keuangan bisa teman-teman baca di Novel "Sewindu"-nya Tasaro GK.
Bekerja, adalah salah satu cara mendapatkan penghasilan. Maka, cara ini pun dilakukan. Bekerja dan digaji, atau berusaha mendapat keuntungan bisa untuk ini dan itu.
Waktu itu, aku nekad kuliah setelah lulus SMA (meski itu tak sepenuhnya mauku). Aku sadar orang tuaku seperti apa. Tak mungkin rasanya untuk biaya kuliah. Maka, Bondo Nekad (Bonek) adalah modal utamaku. Waktu itu namanya STAIN sekarang IAIN, sekolah tinggi yang dipilih bapak agar aku bisa belajar dan tidak bekerja dulu. Karena Bapak tahu aku ingin ke Jakarta, sedangkan Bapak berpengalaman pahit sahat merantau di Jakarta. Maknya, dibela-belain aku sekolah di meski tempatnya tak terlalu aku suka. Setidaknya biayanya cukup untuk ukuran kantong keluarga. Bersyuklurnya, aku sering dapat beasiswa, khusunya karena saat menjadi mahasiswa aku aktif di organisasi seperti BEM, Magazine, drama dan organisasi ekstra kampus.
Beasiswa pertama yang ku dapat sebesar Rp. 500.000 yang berjalan sekitar 2 tahun. Lumayan untuk makan dan tambahan bayar kos. Belum lagi kadang dan intesitasnya sangat jarang ketika aku ngelesi dan menerjemahkan. Karena aku ambil Jurusan Sastra Inggris juga aktif organisasi, rasanya udah capek. Tahun demi tahun aku merasa ingin  bekerja. Sebelum wisuda aku ingin bekerja. Setelah hubungi ini dan itu akhirnya aku bisa bekerja. Di sebuah PT yang bergerak dibidang pelatihan motivasi untuk pendidikan. Kau tahu kawan gaji awal yang kudapatkan waktu itu, Rp. 200.000... Wah, yang bener awalnya aku shock! Tapi, akhirnya aku bersyukur karena lumayan untuk tambahan dan sambung hidup. Padahal jika main sama seseorang untuk makan dan ini itu bisa sampai Rp. 100.000.
Ini berjalan selama sekitar 2 tahunan, dan sempat naik gaji sampai Rp. 500.000. Namun, aku harus keluar karena ingin mengerjakan skripsi. Selain emang sudah nggak betah di kantor hehe...
Tahun pertama hanya habis untuk ongkang-ongkang sambil mainan skripsi. Akhirnya September 2012 itu aku wisuda. Biasa aja, rasanya nggak ada yang spesial. Wisuda di semester tua apa enaknya hahaha. Tapi aku senang, setidaknya beban yang selama ini mengganggu tidurku hilang.... Ringan pundakkkuuu, aku dengar mereka berulang kali mengucap makasih. Bisa bayangkan sendiri betapa mengganggunya pundak yang ada di dekat telinga kita berulang kali mengucap makasih hahaha... :D
Setelah lulus, tidak lantas habis perkara kawan... Malah, ini baru awalan cerita. Cie cie sok2an bangettss yah...
Judule Cari Kerja
Masa itu akhirnya aku alami juga. Bingung cari kerja. Ngalamar sana dan sini. Mendapati kerjaan yang ternyata tidak aku suka. Untung baru melamar. Hubungi teman, berkunjung ke sana sini, main disan sini. Akhirnya nihil, kerjaan tak ada. Kerjaan yg disukai lamaran ditolak. Rasanya dunia seperti Nerakaaaaa saat itu. Bayangkan, sarjana yang tidak banyak anak sekolah di desanya nganggur. Semntara, yang lulusan SD, SMP atau SMA sudah bisa mandiri, bahkan menikah menghidupi suami istri. "Sempurna sekali, sempurrrnaaaaaaaa!!!" kataku. Di tambah lagi, uang untuk tempat tinggal dan makan juga kebutuhan yang selama bekerja kadang masih sulit dihentikan. Waktu itu aku sempat bangkit dengan berharap aku bisa menulis buku. Sarjana Sastra yang ingin belajar menulis. Berbulan-bulan waktuku habiskan untuk menulis. Tapi, nihil sampai saat tulisan ini diketik pun tak jua ku miliki buku yang kuimpi-impikan. Tapi alhamdulillahnya, pekerjaan yang aku harapkan dan dulu sempat ditolak itu akhirnya berkat temanku aku bisa masuk dengan menjadi jurnalis berbahasa jawa. Karena ada lowongan, jurnalis yang berbahasa jawa di tarik ke perusahaan lain. Gaji awal separuh UMR yaitu Rp. 450.000 baru selanjutanya sesuai UMR Solo, Rp. 900-an kali ya...
Dengan perjalanan pengalaman gajiku itu, gaji segitu bagiku sudah sangat aku syukuri. Rasa syukurku semakin berlipat-lipat jika ingat sewaktu menganggur dulu. Nikmat yang mana yang kau dustakan?
Dari gaji itu, aku harus pandai mengatur. Untuk bayar kos, makan, bensin, pulsa, de el el. Belum lagi kepingin beli ini dan itu yang semuanya belum kesampaian. Sementara kau tahu keinginanku untuk segera menikah. Ingat usiaku sudah menginjak 27 tahun... :)
Maka, dari itu buat kawan-kawan yang membaca tulisan ini, ambil hikmahnya. Dan doakan agar aku bisa mewujudkan kemandirian finansial, dan menikah dengan istri cantik yang sholehah, serta mendapatkan keluarga sakinah mawadah wa rohmah. Met berbuka bagi yang memburu puasa Syawal... Semoga selamat dunia akhirat, amin.. :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Absen dl y,,

 
;