Aku Tak Sendiri

Jangan menilai seseorang dari fisik. Karena jika kita belum terlalu mengenalnya boleh jadi kamu akan merasa bingung dengan persepsi awal yang kamu 'yakini' berdasarkan penilaianmu dari apa yang kamu lihat dari fisik itu.
Entahlah, kisah ini aku dengar dari siapa dulu itu. Akan tetapi aku sangat ingin membaginya denganmu pembaca yang budiman. Lagi-lagi atas nama cinta aku menuliskannya untukmu. Sebenarnya aku juga ragu harus memulai berkisah.
Pada suatu hari, haha gaya dikit biar mirip kisah penting dan penuh makna. Ini kisah pemuda malang yang berjuang mencari cinta sejati. Cinta, sebuah tema yang everlasting ku kira. Di sebuah pusat perbelanjaan itu sedang ramai-ramainya dikunjungi orang. Entah atas kesepakatan dari mana mereka berbondong-bondong datang ke bioskop. Dari kerumunan orang itu aku salh satunya. Sengaja aku datangi tempat yang amat aku benci itu. Sebenarnya aku tak mau menginjakkan kakiku ke tempat itu. Orang biasa menyebutnya Mall. Dari tempat itu cuma ada satu tempat yang ingin ku kunjungi. Bioskop 21. Itu pun aku suka karena rasa basionalisku dan kecintaanku pada dunia sastra. Bukan yang lain.
Ainun dan Habibie, itulah film yang sangat ingin aku lihat. Namun entah setiap kali aku datang. Tiket selalu habis. Akhirnya karena berkali-kali gagal. Aku memutuskan nongkrong di Hik. Nyantai sambil menikmati wedang Jahe untuk menghangatkan badan. Apalagi akhir-akhir ini musim hujan.
Namanya Painem, gadis penyuka warna ungu itu. Duduk sendirian. Tak lama seorang laki-laki dengan jaket abu-abu menghampirinya. Tingginya sepadan, aku melihatnya saat mereka berdiri dan saling bersalaman.
"Pasangan yang serasi," pikirku.
Aku mengalihkan lamunanku di antara jahe yang lebur dalam panas air yang mendidih. Uapnya mengepul merasuk hipnotis tanganku untuk mendekatkannya ke mulutku.
"setan alas, PANAS!" teriakku. Tatapan-tatapan aneh mengarah padaku. Aku cuek.
"Gimana jadi nonton Nem?" tanya cowok itu pada gadis itu.
"Lha gimana?" tanyanya bailk.
"Semua tiket habis dik....." dengan muka murung.
"Aku tak sendiri!" Dalam batinku aku bersorak girang.
"Makan yuk mas,"
"Enggak jika nggak jadi nonton aku harus segera ke kantor."
"Ya sudah. Aku juga mau pulang." ucap gadis itu.
Aku hanya terdiam.
"Hubungan macam apa itu?" pikirku masih mencoba menerka.
Karena hujan udah mulai reda aku ingin melihat jadwal selanjutnya. Apakah Ainun dan Habibie masih habis juga tiketnya. Oh my Ghost! Ternyata habis lagi. Yasssalllam.... Aku putuskan untuk pulang.
Namun kupingku mendengar suara yang tak asing. Suara riang tertawa sambil berbincang dengan teman makannya.
"Lho si gadis ungu itu!" teriak hatiku.
Nampak asyik bermesraan dengan pria yang berbeda dari yang ku lihat tadi. Terlihat lebih tua. Tapi mampu membuatnya tertawa dan bisa mengajaknya makan di Food Court yang aku yakin cowok itu tak mampu mengjaknya ke tempat itu.
Oh, dunia ini benar-benar abu-abu. Aku pilu melihat pemandangan itu.
Aku jadi rindu, rindu yang membiru hingga bibirku kelu. Aku memiliki gadis yang jauh. Dia mencintaiku meski belum  pernah bertemu.
"Semoga nasib cowok berjaket abu-abu itu tak menimpaku." Doaku dalam qalbu.
Amin.
Bawel, kau tahu aku sangat menyayangimu. Jaga selalu kepercayaanku itu. Maafkan jika belum bisa memberimu sesuatu. Makasih telah membersamaiku.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Absen dl y,,

 
;